Kamis, 19 Juni 2014

Mulutmu Harimaumu

21.45

Banyak sekali kejelekan dan keburukan yang terjadi dikarenakan Lisan. Lisan mencerminkan apa yang ada dalam hati. Dan Didalam hatilah yang membisikkan sebuah akhlak manusia yang sebenarnya.
“Bagaimana menurut anda, apabila kasus perkosaan ini dibuat menjadi hukuman mati?” tanya salah satu tim panelis, kepada sang Hakim MDS. Pertanyaan tersebut diajukan ketika berlangsung uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) hakim agung di Komisi III DPR, Senin, 14 Januari 2013. Spontan Sang Hakim menjawab, “Yang diperkosa dengan yang memerkosa ini sama-sama menikmati. Jadi, harus pikir-pikir terhadap hukuman mati.” Jawaban tersebut kontan disambut tawa dari segenap anggota DPR yang sedang melakukan pengujian calon hakim agung tersebut (Metro TV).
Pernyataan 3 menit itu akhirnya meledak kemana-mana bahkan sampai ke media-media internasional. Sang Hakim bertubi-tubi mendapatkan komentar protes dan cacian dari segala penjuru dan menjadi bahan utama pembicaraan selama berhari-hari. Sang Hakim akhirnya minta maaf. Tapi telah menjadi bubur. Semua telah terjadi dan tanpa bisa diulang untuk dikoreksi. Mulutmu Harimaumu!

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: اْلمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ اْلمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَ يَدِهِ. وَ اْلمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Orang Islam itu ialah orang yang mana orang-orang Islam yang lain selamat dari perbuatan lisan dan tangannya. Dan orang yang berhijrah ialah orang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah. [HR. Bukhari juz 1, hal. 8]
Dari hadist diatas sangat jelas bagaimana seorang muslim yang sebenarnya dalam berperilaku. Yakni dapat mengendalikan lisan untuk kebaikan dan juga dengan tangan atau kekuasaan untuk memberikan perbuatan baik.
Lisan itu bagaikan kuda, keduanya bisa mencelakakan dan bisa menyelamatkan pemiliknya. Hingga kemudian apabila seorang faaris (penunggang kuda) sembarang naik tanpa mengetahui kaifiyah (cara) mengendalikan tunggangannya maka ia akan mudah terlempar jatuh dari kudanya tadi. Begitu pula lisan, jika seseorang sembarangan dalam menggunakan lisannya tanpa ada kendali niscaya ia akan mengalami banyak kekeliruan dan kesalahan sehingga bisa menjerumuskannya kedalam jahannam.
Makanya, amatlah benar Rasulullah saw ketika berjanji dengan bersabda dalam hadits dari Sahl bin Sa’d RA :

مَنْ يَضْمَنْ لِيْ مَا بَيْنَ لِحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ

“Barang siapa yang menjamin untukku apa yang berada di antara dua rahangnya (mulut/lisan) dan apa yang ada di antara dua kakinya (kemaluan) maka aku akan menjamin baginya al-jannah (surga).” (HR. al-Bukhari)
Kemudian Rasulullah SAW juga mengindikasikan bahwa seseorang itu akan selalu dan senantiasa menjaga lisannya jika ia mengaku bahwa dirinya beriman kepada Allah dan hari akhir. Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR.Bukhari dan Muslim)
Imam Nawawi berkata : “Maksud Hadits ini jelas, yaitu agar seseorang tidak mengeluarkan kata-kata, kecuali yang baik yakni perkataan yang ada manfaatnya. Dia tahu kapan perlu berbicara dan tahu kapan tidak perlu berbicara. Menurut sunnah, seseorang hendaknya menahan diri dari banyak bicara, sebab perkataan yang asalnya mubah sekalipun terkadang dapat menjurus kepada sesuatu yang haram atau makruh. Dan yang demikian banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, sementara keselamatan lisan merupakan sesuatu yang mahal harganya.”
Salah seorang sahabat yang bernama Ibnu Mas’ud r.a, beliau mengatakan : “Tidak ada yang lebih berhak untuk dipenjarakan secara berkepanjangan selain dari lisanku”. Karenanya alangkah baiknya seseorang lebih mengutamakan dan memprioritaskan indera lain (pendengaran) dari pada yang satu ini (lisan).
Seorang sahabat (Abu Darda r.a) berkata : “Aktifkanlah dua telingamu daripada mulutmu. Karena engkau diberi dua telinga dan satu mulut, agar engkau lebih banyak mendengar daripada berbicara.”

Ucapan Paling Baik
Trus sebenarnya ucapan yang paling baik yang dihasilkan lisan adalah yang bagaimana? Allah telah mengabarkan dalam Al-Qur’an,

وَ مَنْ اَحْسَنُ قَوْلاً مّمَّنْ دَعَآ اِلىَ اللهِ وَ عَمِلَ صَالِحًا وَ قَالَ اِنَّنِيْ مِنَ اْلمُسْلِمِيْنَ

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shaleh dan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri ?”. [QS. Fushilat : 33]

وَ قُلْ لّعِبَادِيْ يَقُوْلُوا الَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ، اِنَّ الشَّيْطنَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ، اِنَّ الشَّيْطنَ كَانَ لِـْلإِنْسَانِ عَدُوًّا مُّبِيْنًا

Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik. Sesungguhnya syaithan itu (suka) menimbulkan perselisihan diantara mereka. Sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia. [QS. Al-Israa’ : 53]
Jadi apabila kita merasa tidak bisa mengendalikan apa yang akan kita katakan. Maka DIAM adalah lebih baik, bukankah tadi diingatkan bahwa Allah ciptakan 2 telinga dan 1 lisan sehingga mustinya manusia lebih banyak mendengar. Dan kemudian mengatur apa yang akan dikatakan. Jangan Lupa salah membawa Lisan bisa petaka TETAPI berkat Lisan pula maka dakwah dan kebaikan juga bisa mendunia.
Smoga bermanfaat.

Written by

"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik." (QS. Al Hadid 57 : 16)

0 komentar:

Posting Komentar

 

© 2013 Hany My Blog. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top